Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sanggraha tidak ditemukan. Sebab, kata sanggraha diambil dari bahasa Sansekerta, artinya ‘persediaan, jamuan,
hidangan’. Meski begitu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat kata yang mirip,
yaitu pesanggrahan yang berarti ‘rumah peristirahatan
atau penginapan, biasanya milik pemerintah’.
Pencinta sepak bola Jakarta yang
hidup di awal abad ke-21 agaknya pasti akrab dengan kata sanggraha. Sanggraha Pelita Jaya merupakan nama stadion di Lebak
Bulus yang menjadi markas Pelita Jaya dari tahun 1987 sampai 1999. Banyak
pemain besar pernah membela Pelita Jaya, di antaranya Bambang Nurdiansyah,
Roger Milla, dan Mario Kempes. Roger Milla yang berasal dari Kamerun dan Mario
Kempes dari Argentina berstatus mantan partisipan Piala Dunia.
Stadion yang awal dan terakhirnya bernama
Stadion Lebak Bulus itu mulai dibangun pada tahun 1979 di masa kepemimpinan
Gubernur Tjokropranolo. Pada tahun 1987, PT Sanggraha Pelita Jaya milik grup
Bakrie mengembangkan stadion dengan kapasitas penonton lebih banyak. Pemerintah
Daerah DKI Jakarta menyetujui pembangunan dengan kontrak Build-Operate-Transfer
(BOT) atau bangun-guna-serah selama 20 tahun.
Stadion yang terletak di Jakarta Selatan itu pernah
ditempati oleh dua tim, yakni Persija dan Pelita Jaya. Hingga pada akhirnya,
Pelita Jaya kurang mendapat dukungan dari warga Jakarta lalu pindah kandang ke
Solo.
Banyak kenangan yang sulit dilupakan saat Macan berumah di
Sanggraha. Pada 2005, Persib Bandung tak berani turun gelanggang karena
penonton membludak sampai ke pinggir lapangan. Keselamatan jadi alasan hingga membuat
Persib memutuskan untuk putar balik ke kandang. Persija dinyatakan menang tanpa
melawan.
Sebuah gol indah pun pernah jadi memori tersendiri di
Sanggaraha. Ismed Sofyan, bek kanan yang sudah membela Persija sejak 2002 itu
pernah mencetak gol menawan di Lebak Bulus pada musim 2005. Tendangan keras
dari jarak 40 meter berhasil mengoyak gawang Persik Kediri yang dikawal Kurnia
Sandy.
Kenangan yang
termanis adalah saat Persija menggenapi gelar juara kasta tertinggi yang kesepuluh dan memainkan sebagian besar laga kandangnya di Lebak Bulus.
Bicara Lebak Bulus tak hanya melulu tentang sepak bola.
Stadion Lebak Bulus pernah jadi panggung band Metallica saat konser pertamanya
di Jakarta pada 10 April 1993. Kapasitas stadion yang tak terlalu besar membuat
banyak penonton tak kebagian tempat. Kerusuhan pecah di luar stadion. Puluhan
mobil terbakar, puluhan orang ditangkap, puluhan lainnya luka-luka. Stadion
kena imbasnya, beberapa fasilitas rusak.
Tiba pada tahun 2007, PT Sanggraha Pelita Jaya yang hanya
berhak memiliki bangunan selama 20 tahun sejak 1987, akhirnya meninggalkan
stadion. Nama stadion pun diubah kembali menjadi Stadion Lebak Bulus.
Sejak tahun itu pula Sanggraha tak mampu lagi menampung
banyaknya suporter Persija. Badan Liga Indonesia tak merekomendasikan Stadion
Lebak Bulus sebagai kandang Macan Kemayoran seiring dengan dimulainya era Liga Super
Indonesia. Persija pun menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai
markas sampai sekarang.
Sejak bermarkas di Senayan, Persija seakan kehilangan
taring. Masalah demi masalah terus menghampiri tim berjuluk Macan Kemayoran
itu, seperti mandeknya
prestasi, minimnya pendapatan akibat biaya sewa stadion yang mahal, dan sulitnya kepolisian mengeluarkan izin tanding
di Jakarta.
Belum Ada Ganti
Beratap satu, kotak persegi panjang, dan berdampingan dengan
apartemen sekaligus pusat perbelanjaan. Lokasinya yang berimpitan mesra dengan
terminal besar membuat daerah sekitarnya ramai meski tiada pertandingan. Empat
tiang lampu yang menjulang di setiap sudut membuat stadion yang berkapasitas
kira-kira 12.000 penonton itu menjadi obyek mencolok yang menarik mata siapa
pun yang melintas. Kapasitas bisa membengkak bila penonton di tribun belakang
gawang dipaksa mengimpit.
Kemacetan khas kota metropolitan yang menjangkiti Jakarta
sudah semakin kronis. Megaproyek yang diusung pemerintah kota tentang
pembangunan transportasi cepat dan massal dianggap mampu mengobatinya.
Sayangnya, obat itu memiliki efek samping. Pembangunan lokasi depo Mass Rapid
Transit (MRT) menumbalkan Stadion Lebak Bulus yang sudah beberapa tahun
ditinggal Persija karena tak cukup mewadahi puluhan ribu Jakmania.
Padahal, belum juga hilang trauma para penggemar sepak bola
Jakarta atas penggusuran Stadion Menteng. Kala itu, keberadaan stadion kumuh di
tengah permukiman kelas wahid dianggap bagai setitik nila yang merusak susu
sebelanga. Gubernur Sutiyoso menyulap lapangan yang biasa dijajaki kaki pemain
bola menjadi taman yang jadi tujuan langkah muda-mudi di sabtu malam.
Bukan soal janji calon gubernur –yang kini sudah jadi
presiden– soal stadion pengganti yang mungkin tak pernah ditepati itu yang
bikin kecewa. Sepuluh stadion pengganti sebesar Gelora Bung Karno pun rasanya
tak pernah cukup menutup luka lama yang tak kunjung kering. Obat antimacet
berupa MRT itu menimbulkan efek samping yang sakitnya tak kunjung hilang.
Kini, gubernur sudah berganti tiga kali. Janji Sutiyoso
mengganti Stadion Menteng dengan yang lebih mentereng belum juga jadi bukti.
Alih-alih mengganti, Jakarta justru mencari tumbal lagi. Seperti artinya pada
KBBI, rumah sepak bola yang dulu bernama Sanggraha Pelita Jaya itu memang milik
pemerintah. Sang pemilik berhak menguasainya, termasuk menghancurkannya
sekalipun.
Buku foto SANGGRAHA berisi tentang detik-detik terakhir Stadion Lebak Bulus sebelum riwayatnya benar-benar tamat. Lebak Bulus merupakan stadion sepak bola kedua di Jakarta yang digusur dalam sepuluh tahun terakhir, yang pertama adalah Stadion Menteng yang kini jadi taman kota. Saat janji Gubernur Sutiyoso mengganti Stadion Menteng dengan yang lebih mentereng belum juga jadi bukti, Jakarta justru menggusur lagi. SANGGRAHA merekam kesunyian, mengabadikan ingatan tentang tempat yang penuh keramaian.
14.8 x 21 cm
84 pages
photo & text
book paper + hard cover
Rp170.000 (harga pre order s.d. 27 April 2017)
Rp190.000 (harga normal, mulai 28 April 2017 sampai seterusnya)
Jika kakak2 dan abang2 berminat memiliki buku foto SANGGRAHA, hubungi saya di:
SMS/WA : 089636535117
Email : sejatinugroho1@gmail.com
Salam hangat,
Nugroho Sejati
Komentar
Posting Komentar