Jejak Visual Bung Besar


Lalu-lalang kendaraan melintas di Jalan pondok Pinang Raya, Jakarta Selatan. Pagi itu, jalanan cukup padat sehingga mengakibatkan kemacetan. Ada satu gang yang menarik perhatian, dengan gapura bercat merah-putih dan digambar wajah Sukarno. Setiap orang yang masuk ke gang yang bernama Gang Murni itu dipastikan “bertatap muka” terlebih dulu dengan Bung Karno. Ilustrasi wajah Pemimpin Besar Revolusi dengan mata melirik tajam tergambar jelas di kedua sisi gapura.
Hampir lima dasawarsa sejak embusan napasnya yang terakhir, citra Sukarno masih terasa membayangi alam pikiran manusia Indonesia. Namanya masyhur dan akrab di telinga seluruh warga Indonesia, digunakan sebagai nama jalan di banyak wilayah dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai negara lain seperti Mesir, Maroko, Pakistan, dan Belanda. Bandara dan gelanggang olahraga terbesar di Indonesia pun menggunakan namanya sebagai penanda.
Bicara kemerdekaan negeri ini, dialah yang jadi nama utama dalam perbincangan. Dari mulai obrolan anak sekolah dasar sampai tukang becak di warung kopi, tentu keluar nama Sukarno sekali dua kali.  Tanpa disadari dan tanpa mengecilkan bapak bangsa yang lain, ia mungkin meninggalkan bekas yang paling kerang di setiap memori manusia Indonesia.
Jejak-jejak visual Bung Karno banyak ditemukan di masa kini. Bersama Muhammad Hatta, wajah Sukarno tercetak dalam pecahan terbesar uang kertas rupiah. Uang yang masih jadi alat utama pembayaran, tentu sangat diingat oleh masyarakat, dan rekam visual Sukarno ada di situ.
Wajahnya dengan mata menatap tajam atau senyumnya yang lebar, banyak tersebar. Mulai dari poster, stiker, gantungan kunci, hingga kaus yang dijajakan di pasar-pasar.
Ada di Mana-mana
Tidak hanya di Jalan Pondok Pinang, gapura yang memasang gambar Sukarno terdapat pula di seberang Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat. Setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, biasanya warga beramai-ramai menghias gapura dengan sesuatu yang berbau nasionalisme, salah satunya gambar Sukarno.
Jika biasanya kedai-kedai kopi di tengah kota memajang kata-kata mutiara atau foto-foto indah sebagai hiasan dinding, lain halnya dengan warung kopi di Jalan Antara, Pasar Baru, Jakarta. Warung yang biasa dijadikan tempat kongkow para pewarta foto tersebut menggantungkan dua foto Sukarno yang berbeda.
Bergeser sedikit ke daerah Mangga Besar. Ada satu tempat karaoke yang di tempat resepsionisnya tergantung pula foto Sukarno. Tempat karaoke tersebut adalah kepunyaan musisi Ahmad Dhani yang bernama Masterpiece. Selain itu, masih banyak pula orang yang mencari Bapak Proklamasi itu meski hanya sebatas untuk digantung di dinding rumah.
Seperti yang tampak di salah satu ruang indekos di Rawamangun, potret besar Sukarno di bingkai berukuran 40 x 70 cm tergantung di dinding. Potret tersebut digantung oleh pemilik indekos agar penghuni yang kebanyakan mahasiswa itu semangat dalam mengisi kemerdekaan. “Wah, sudah lama ini dibeli sama suami saya. Katanya biar anak-anak semangat belajarnya kalau lihat wajah Sukarno,” ujar Ibu Kos.
Potret Sukarno juga tergantung di rumah Engkong Didin. Usianya hampir memasuki seabad, ingatannya tentang sosok Sukarno masih jelas. Engkong adalah saksi hidup bagaimana Bung berpidato di Lapangan Ikada sebulan setelah Indonesia merdeka.
Saat penggusuran kawasan prostitusi dan perjudian Kalijodo di Jalan Kepanduan II, Jakarta Barat, ada kalender tahun terbaru berhias foto Sukarno yang tergantung di salah satu dinding kafe yang bolong. Di kalender itu pula terdapat tulisan “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng adalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa”.
Lain lagi dengan Saman, setiap pagi ia mengayuh sepeda dari rumahnya di Cimanggis ke Pasar Kenari di Salemba untuk bekerja sebagai kuli panggul. Ia mengaku seorang penggemar berat Sukarno. Sepedanya ditempeli gambar Sukarno lengkap dengan tanduk banteng dan bendera merah-putih.

Saman adalah penggemar berat Sukarno. “Dari kecil saya suka banget dengan Sukarno, pidato-pidatonya bagus. Sampai sekarang, belum ada Presiden Indonesia yang sebesar dia.”












Komentar