Sekilas Pandang dari Kupang

Pedagang Pasar Inpres, Naikoten, Kupang
Senang sekali rasanya mendapat kabar bahwa saya akan melakukan perjalanan ke tempat yang belum pernah saya singgahi. Kata aktris cantik keturunan Inggris, Pevita Pearce, dunia adalah sebuah taman bermain. Jadi, eksplorasilah. Meski masa perjalanan tak berlangsung lama, cukuplah untuk membuat cakrawala di kepala meluas.

Saya terbang ke Kupang pada Sabtu, 23 Mei 2015 dari Jakarta. Sungguh pengalaman terbang yang luar biasa dengan perasaan ria di udara. Waktu transit di Bali yang hanya satu jam terasa amat lama mengingat hati tak sabar ingin mengunjungi saudara sebangsa yang belum pernah saya kunjungi. Cuaca panas menyapa saya setiba di Bandar Udara Eltari, Kupang. Tak banyak yang bisa saya kunjungi untuk memanjakan gairah visual.

Di pagi yang hangat, saya menyusuri Pasar Inpres Naikoten, Kupang. Keramahan para pedagang membuat saya tak ragu mengangkat kamera sekadar untuk mengambil kenang-kenangan. Saya mencoba buah pina yang rasanya...umm..sangat pahit! Saya berhenti cukup lama di toko beras milik Pak Mel yang sangat bersahabat. Saya sangat menikmati ceritanya tentang sejarah penamaan beras Nona Kupang, juga ceritanya mengenai kunjungannya ke Solo menemui Bapak Jokowi.

Hal yang paling saya ingat tentang Kupang adalah angkutan umumnya yang "berisik". Bentuknya memang tak jauh beda dengan yang ada di Jakarta, tapi suara musiknya yang berdentum di jalan cukup menarik perhatian. Bila ingin turun, kita harus tepuk tangan. Angkot itu mengantar saya ke Pantai Tedy's yang indah. Pantai tersebut menyuguhkan matahari terbenam dan kuliner khas seperti Pisang Epe dan Jagung rebus manis yang dicampur dengan sambal pedas.

Pedagang Pasar Inpres, Naikoten, Kupang -
Nugroho Sejati
Buah Pina -Nugroho Sejati

Pedagang Pasar Inpres, Naikoten, Kupang -
Nugroho Sejati


Beras "Nona Kupang" -Nugroho Sejati

Pak Mel bersama anaknya di Pasar Inpres, Naikoten, Kupang -
Nugroho Sejati

Muara -Nugroho Sejati

Angkot Kupang -Nugroho Sejati

Komentar

Posting Komentar