Antara “kami” dan “kita”

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal beberapa kata ganti yang dipakai untuk mengganti orang, seperti “aku”, “kamu”, “dia”, dan sebagainya. Kata-kata yang baru saja disebutkan tampaknya tidak sulit untuk dicari perbedaannya. Permasalahan yang sering muncul di masyarakat dalam percakapan sehari-hari adalah pemakaian kata “kami” dan “kita” yang sering dipertukarkan maknanya. Bahkan orang Betawi biasa menggunakan “kita” sebagai kata ganti orang pertama tunggal.
“Kami” dan “kita” adalah kata ganti orang pertama jamak. Kedua kata yang berasal dari bahasa Melayu tersebut sebenarnya memiliki perbedaan menurut ketentuan bahasa asalnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), misalnya, menjelaskan kata “kami” sebagai berikut: “1 pronomina persona jamak yg berbicara bersama dng orang lain (tidak termasuk yang diajak bicara); yg menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca; 2 yang berbicara (digunakan oleh orang besar, msl raja); yg menulis (digunakan oleh penulis)”. Sedangkan tentang “kita”, dijelaskan dalam KBBI sebagai berikut: “pronomina persona pertama jamak yg berbicara bersama dng orang lain termasuk yg diajak bicara”.
Perbedaan antara “kami” dan “kita” memang sangat tipis, namun cukup jelas. Letak perbedaannya adalah “kita” memasukkan orang yang diajak bicara, sehingga meliputi “saya”, “dia”, “kamu” atau “mereka”; sedangkan kami tidak memasukkan orang yang diajak bicara atau dengan kata lain hanya meliputi “saya” dan “dia” atau “mereka” saja.
Adanya kata “kami” dan “kita” sebagai kata ganti orang pertama jamak yang mempunyai perbedaan arti, merupakan sesuatu yang khas dari bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Hal itu patut kita syukuri karena merupakan kekayaan tersendiri dalam kosakata bahasa Indonesia. Bahasa Inggris hanya memiliki kata “we” untuk kata ganti orang pertama jamak, begitu juga pada bahasa Belanda yang hanya menggunakan “wij”. Mungkin hal tersebut turut memengaruhi perihal kerancuan yang terjadi pada “kami” dan “kita” karena orang-orang masa kini sudah semakin banyak yang pandai berbahasa Inggris. Dianggapnya, “kami” dan “kita” hanyalah sinonim yang tak memiliki perbedaan arti.
Kelebihan yang kita miliki itu merupakan kekayaan bahasa yang pantas disyukuri. Yang seharusnya pemakaiannya dilaksanakan dengan tertib. Pembedaan antara “kami” dan “kita” sebagai kekayaan khas bahasa Indonesia menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sangat kaya dengan nuansa.

nugroho sejati

Komentar