PSSI Tak Pernah Mau Belajar

Miskin prestasi, carut-marut kompetisi, kerusuhan suporter yang tak kunjung henti. Tiga hal itulah yang selama ini melekat erat pada sepak bola Indonesia. Di saat negara tetangga terus melaju kencang dengan kemajuan-kemajuan yang sangat signifikan, sepak bola Indonesia terkesan jalan di tempat. Siapa yang paling bertanggung jawab atas kebobrokan ini? Rasanya semua akan kompak menjawab, PSSI.

PSSI selalu mempunyai masalah yang terkesan itu-itu saja. Setiap musim liga Indonesia, selalu saja ada jadwal yang kacau. kadang dalam sepekan bisa bermain 3 kali, kadang harus libur selama 2 pekan. Setiap ada agenda tim nasional, PSSI tidak bisa mengatur jadwal yang sedemikian rupa agar klub tidak dirugikan sehingga tidak ada lagi pemain yang mangkir dari tim nasional. Anehnya lagi, hampir setiap musim kompetisi, format liga selalu berubah. yang paling mencolok adalah PSSI tidak pernah konsisten terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada pemain, klub, atau suporter. Sampai ada jargon yang mengatakan bahwa yang konsisten dari PSSI adalah inkonsistensi itu sendiri.

Lucunya, PSSI selalu punya keputusan yang kontroversial sehingga menarik perhatian masyarakat sepak bola Indonesia pada umumnya. Dari mulai sistem manajemen tiket pertandingan timnas yang kacau balau hingga naturalisasi pemain. PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid seakan menutup mata terhadap masalah yang terjadi. Ujungnya kisruh sepak bola Indonesia terbawa hingga ke FIFA. Masyarakat pun sudah jengah dan memutuskan untuk menggelar aksi di sejumlah daerah untuk merevolusi PSSI di bawah Nurdin Halid, Nugraha Besoes, Nirwan D Bakrie, dan kroni-kroninya.

Andai saja PSSI (Nurdin Halid) mau belajar dan mau mendengar serta legowo untuk menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada yang lebih mampu, mungkin saat ini tim Garuda sudah menggenggam piala juara. Tak ada kata terlambat, jadi inilah saatnya untuk merubah struktur PSSI yang jelas sudah tak bisa dipercaya. Revolusi PSSI sekarang juga!



Jakarta, 6 April 2011
Nugroho Sejati

Komentar