Kelompok Separatis di Negara yang Kacau



Judul di atas merupakan inspirasi dari salah satu akun Twitter yang menganalogikan hadirnya LPI. Ibarat kelompok separatis, LPI lahir untuk mengacaukan  sebuah negara yang sebenarnya sudah kacau (dalam hal ini PSSI dan ISL-nya).

Menurut saya, LPI bukan solusi dari carut-marutnya sepak bola nasional kita. Bagi saya, LPI dilahirkan hanya karena sikap "emosional" dari beberapa oknum yang bersebrangan dengan PSSI. Tapi bukan berarti saya anti-LPI atau pro-PSSI/ISL.

Kehadiran LPI tetap perlu diapresiasi karena tujuan mereka menggelar sebuah kompetisi liga yang sehat dan profesional. Klub-klub pesertanya tidak menyusu pada APBD, walaupun pada kenyataannya mereka juga menyusu dana dari satu konsorsium.

ISL sendiri sebagai liga yang diakui oleh PSSI memang masih jauh dari harapan. Nada ketidakpuasan dari klub-klub peserta selalu muncul. Wasit kerap memimpin berat sebelah. Kerusuhan penonton kerap terjadi. Jadi memang benar  pengelolaan ISL oleh PSSI memprihatinkan. Masalah selalu muncul di dalamnya. Liga kasta tertinggi kita ini harus diperbaiki pengelolaannya.

Kembali ke LPI. Saya lebih menyoroti kehadiran liga ini pada waktu yang tidak tepat. Beberapa waktu lalu pelatih Persipura, Jacksen Tiago, mengatakan, kalau mau fair seharusnya, LPI bergulir tidak berbarengan dengan ISL. Hal ini berkaitan dengan mundurnya tiga klub ISL untuk menyebrang ke LPI.

Rahmad Darmawan, pelatih Persija, juga menganggap tiga klub ini tidak sportif karena mundur di tengah jalan. Tiga klub ini memang mempunyai alasan masing-masing. Patut disayangkan jika mereka tidak yakin dengan keikutsertaan mereka di ISL, mengapa mereka tidak mundur saja di awal musim?

Keputusan mundur di tengah kompetisi yang berjalan membuat kompetisi tidak sehat lagi. Itu berdampak pada klub-klub lain, yang dirugikan karena dipotong nilainya. Mereka telah keluar uang untuk bertanding dengan tiga klub tadi.

Pendekatan Ilegal
Dari beberapa sumber, konon LPI juga bergerilya terhadap sejumlah pemain top di ISL untuk dibawa ke LPI. Tentu, lewat pendekatan personal yang mungkin bisa dikatakan ilegal. Pemain ditawari iming-iming nilai kontrak selangit. Beberapa pemain konon dibisiki untuk menyeberang.

Contohnya Persib Bandung. Beberapa pemainnya konon sudah setengah hati dan tidak fokus bermain. Mereka berniat pindah ke LPI. Ini terbukti dengan kabar mundurnya tiga pemain dan akan segera berganti jersey klub LPI. Padahal saat ini, Persib tengah terpuruk dan membutuhkan totalitas pemainnya.

Pihak LPI telah membantah hal tersebut. Mereka beranggapan adalah wajar jika pemain mau pindah ke LPI karena ingin bermain di liga yang lebih profesional.

Langkah bijak justru diambil pemain Persija, Bambang Pamungkas. Ia memilih tetap bertahan di ISL, walaupun dia tidak memungkiri ISL sebagai liga yang jauh dari sempurna. Dia menilai LPI juga belum tentu lebih baik dari ISL.

Jaid, dengan segala hormat. Tanpa bermaksud menyudutkan salah satu pihak, hadirnya LPI memang terlihat sebagai pemberontak yang mengacaukan sebuah negara yang sebenarnya sudah penuh masalah dan tidak sehat lagi.

Tapi saya yakin hadirnya LPI juga akan membawa dampak positif di kemudian hari bagi kemajuan sepak bola di Tanah Air. Walaupun begitu, ISL tetap harus didukung untuk memperbaiki diri dan menjadi sebuah kompetisi yang benar-benar profesional dan tidak sarat akan kepentingan seperti saat ini.

Besar harapan juga, jika kedua belah pihak bisa duduk bersama, mungkin bisa muncul titk temu ISL dan LPI bisa merger untuk membentuk sebuah liga yang benar-benar profesional di Indonesia ini. Bravo sepak bola nasional!

Tulisan Joko Pramono
Dikutip dari Tabloid BOLA edisi 2.159, 17 Februari 2011

Komentar

Posting Komentar